Minggu, 01 April 2012

BULAN YANG NGANGGUR DI LANGIT, BOLEH SAYA BAWA PULANG?

“Maafkan saya Tara” Bulan menutup  pembicaraan. Setelah mobilnya berhenti, tepat didepan rumah Tara. Tangannya mencengkeram erat setir. Ia ingin mencengkeram erat tangan Tara mungkin, jika itu tidak berdosa. Tapi bahkan jika itu dilakukan Bulan untuk membuat Tara kuat, itupun tetap berdosa.

Malam hening. Semesta tengah mengatur nafas. Berharap Bulan tegas, atau menginginkan Tara tegar. Atau mungkin keduanya. Tara menarik nafas, kemudian menghembuskannnya perlahan. Bulan bisa merasakan, Tara tengah mengatur sesuatu. Seperti Bulan sore tadi yang begitu repot mengatur kata-kata apa untuk membuat Tara mengerti, bahwa Bulan tak bisa membuat Tara menunggu lebih lama. Ia ingin Tara bahagia, tapi bukan dengannya. 

“Bulan yang nganggur di langit, boleh saya bawa pulang?” Tara berkata pelan, memandang dengan mata bulatnya tepat beradu dengan bola mata Bulan. Tara tersenyum, ia membuka pintu mobil, kemudian turun.

Bulan tersenyum. Ada perasaan yang sedikit tersayat, sedikit membuat jantungnya terpicu untuk lebih cepat berdetak, sedikit membuat tulang belulangnya melemah, sedikit membuat sendi-sendinya gemetar. Jika hidup ini adalah sebuah dadu yang terus menerus dikocok, maka saat ini, dadu itu tengah mengalami proses kocoknya. Bulan tak tahu apa yang akan keluar. Angka satu atau deretan titik angka enam merah yang indah. Tapi sepertinya apapun itu, ia sudah memilih untuk melepaskan satu kemungkinan. Kecuali, Tuhan berkata lain.

Bulan melihat Tara masuk ke halaman rumahnya, membuka pintu depannya, kemudian bertemu pandangan dengan Bulan beberapa detik. Beberapa detik yang akan menutup beribu-ribu hari dongeng cinta pertama Tara, berjuta-juta harapan seorang putri salju kecil pada pangerannya, beberapa detik sebagai ucapan selamat tinggal atas penantian yang payah. Tara menutup pintu.

Satu lagi mantra Harry Potter yang ingin digunakan Bulan saat ini, mantra penghilang ingatan. Bukan membuat yang waras menjadi gila, hanya menghilangkan ingatan-ingatan tertentu tentang seseorang atau sesuatu.

-Saya pasti pulang-

1 komentar:

Terima Nasib.

Sudah terima nasib saja. Orang pendiam pasti galak, orang galak pasti lebih banyak salahnya . Pada suatu pagi di hari Minggu. Minggu yang su...