Dan beberapa waktu yang lalu teman saya secara sengaja, dalam keadaan sadar yang kalo dites pake cara apapun menunjukan kesadarannya 100% bilang kalo saya ini "tumbal". Tumbal untuk apa? dikorbankan untuk apa? untuk jaya-nya seseorang diluar sana. Dan lebih parahnya, seseorang yang saya sebut itu adalah orang nomor satu yang pernah saya percaya, yang pernah saya berikan segalanya.
Susah membuat hati saya tetap lapang. Tapi kalo nggak lapang mau gimana lagi? Susah membuat hati saya tetap ikhlas. Tapi kalo nggak ikhlas mau gimana lagi? Masalahnya, dengan cap "tumbal" dijidat saya, saya nggak mau lantas masuk kedalam jajaran orang sakit hati. Atau mungkin kaya yang disinetron-sinetron itu, "aku akan balas dendam mantiliiiiii". Saya mau jadi mbek yang meski dikorbankan, meski ia tetap kelihatan menangis pas mau disembelih, ia tetap saja terlihat sangat anggun dengan senyumnya. Eh mana ada mbek senyum? Ada! Lihat itu shaun the sheep. Lucu kan kalo senyum? Padahal dia juga udah tahu kalo dia dilahirkan sebagai tumbal saja idul adha kelak.
Saya mau melanjutkan hidup. Bahagia dengan apa yang saya punyai sekarang. Untuk kesehatan yang Tuhan berikan, untuk tiap kesempatan, untuk mempertemukan aku dengan orang-orang baru yang menyenangkan, untuk tiap pelajaran, untuk keluarga yang mencintai dengan tulus. Jangan memendam dendam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar