Tahu cerita Cinderella kan? Sama seperti dongeng pada umumnya, ada perempuan cantik banget yang sangat kere kemudian di ending ada pangeran berkuda datang menyelamatkan. Sebenarnya menyelamatkan dari apa sih? Ya betul dari kemiskinan. Tapi bukankah jika cinderella memang miskin dan yatim harusnya dia dipelihara oleh negara? Bukannya malah melonte ditengah malam dengan sepatu kaca kesana kemari mencari peruntungan. Ini yang salah melontenya sebagai upaya bangun dari kemiskinan? waktu melonte tengah malamnya? Atau tengah malam masih kesana-kemari? Jadi tengah malam harusnya tidur kan? Bukan malah mikirin cinderella? Duh kan jadi saya yang salah.
Kenapa cinderella tidak berusaha grow up pikirannya dan melawan ibu tiri dan 3 sodara-sodaranya? Kalah jumlah? Iya kalah jumlah kalau duel. Makanya pakai cara yg berpendidikan dong, bawa ke jalur hukum cin (maksudnya manggil cinderella biar akraban dikit). Fakta dalam fiksi ini adalah Cinderella miskin jadi dia tidak bisa sekolah (coba kasih link beasiswa). Jaman dulu nggak ada beasiswa (mungkin).
Karena kurangnya pendidikan si tokoh utama ini maka dia juga tidak berpikir membawa ke jalur hukum. Jaman dulu juga nggak ada LBH kayaknya. Jadi yg bisa dilakukan Cinderella hanyalah mengikuti takdir si penulis cerita bahwa ditengah malam masih kesana kemari itu adalah sebuah solusi agar dapat bertemu pangeran ganteng baik hati kaya raya yang sedang mencari siapakah pemilik sepatu kaca sebelah doank itu gerangan?
Tolong Cinderella kamu minggat dari pikiran saya ya. Dateng ngasih pikiran tengah malam. Saya pengin tidur tahu.
0 komentar:
Posting Komentar