Saya nggak kuliah di jogja. Apalagi hidup di Jogja. Sebut saja saya si pick me, karena ketika semua orang bilang, Jogja penuh kenangan, saya tidak. Jogja adalah tempat saya bekerja tepatnya, tidak setiap hari, tapi setiap bulan ada kalanya saya kesini. Iya! Buat Kerja! Tapi namanya kerja, tidak 24 jam penuh ya. Saat pagi atau malam banyak waktu luang ketika di Jogja. Awalnya, saya gunakan waktu luang itu untuk malas-malasan. Ya walaupun saya sendiri sebenarnya orang yang nggak bisa malas (duh makin kelihatan pick me). Tapi percayalah kawan, meskipun meng-agendakan bermalas-malasan, saya akan tetap malas dengan elagan dan terstruktur. Se kaku itu. HAHA!
Oke balik lagi. Pada suatu hari saya salah bawa sepatu kantor dengan sepatu lari. Itulah awal mulanya. Maka yang terjadi adalah saya bangun pagi tidak berenang (ini fasilitas, biasanya saya gunakan fasilitas kolam renang ini dengan sangat baik, dengan berenang!), tapi karena salah pakai sepatu itu, saya akhirnya malah lari. Lari yang saya juga nggak ngerti arah dan tujuannya. Dan ya nggak bisa jauh karena kan saya ini di KAKU yang elegan dan terstruktur. Melakukan sesuatu diluar rencana adalah malapetaka.
Maka saya mulai membuat rute. Selesai bekerja saya pakai lagi sepatu lari saya dan lari sesuai rute. Wohoo. Saat itu saya baru menyadari, ini adalah tempat asing, hampir tidak ada satu orang pun kenal saya, pemandangan gang-gang yang tidak pernah saya lihat sebelumnya, orang-orang asing yang tidak pernah saya kenal sebelumnya, langit yang berbeda, suasana yang berbeda, dan tidak satu orang pun melihat saya dengan aneh karena melakukan itu (Lari-lari malam hari sambil tengak tengok melihat view baru), sesekali berhenti mengambil photo dan mengakhirinya dengan makan es krim tanpa takut gendut atau takut lari yang barusan saya lakukan tidak ada gunanya karena secup es krim. Disini tidak ada yang peduli dengan apa yang sayalakukan, saya sendiripun.
Kadang-kadang saya sengaja meluangkan waktu jalan kaki 3-5 kilometer hanya untuk sampai ke toko buku aestetik yang saya lihat reviewnya ada di media sosial. Membeli dan membaca buku sampai larut malam untuk kemudian membuat pandangan saya baru ketika pulang.
Hal-hal itu mungkin tidak dapat saya lakukan sering-sering sekarang, saya mengurangi intensitas mobile karena saya punya prinsip baru (yang tentu saya sadar dari buku-buku yang saya baca dan perjalanan saya selama 2 tahun kemarin) bahwa : LIFE IS NOT A RACE. Jadi saya akan lebih melambat, saya akan lebih tenang berkonsentrasi dengan pengembangan diri saya sendiri (bukan hanya dalam pekerjaan tapi dalam segala lini hidup saya), lebih banyak beribadah dan ya hal-hal tenang lainnya.
Tapi intinya saya sekarang punya kenangan dengan Jogja. Saya menyebutnya dengan "kota dimana saya berkencan dengan diri saya sendiri". Sepuasnya!
0 komentar:
Posting Komentar