
Tapi, ada beberapa poin yang bikin saya akhirnya "survei". Saya nanya ke beberapa teman yang tinggal di Jakarta, Halo, apakah di Jakarta sana kau mengenal dugem? Dan 100% dari teman-teman yang saya tanya, bilang, TIDAK. Tapi dari buku ini, saya merasa semua orang di Jakarta menganggap biasa saja aktivitas dugem beserta "aksesoris"nya. Oke lah ada kemungkinan-kemungkinan yang membuat saya "mengernyitkan kening" ketika baca buku ini terutama tentang dugem dan "aksesorisnya" itu. Kemungkinan pertama, saya belum pernah dugem, kemungkinan kedua, saya tinggal di Brebes bukan Jakarta, kemungkinan ketiga, saya memang mewarisi sifat katrok bin ndeso yang kadang membuat saya merasa "gatel-gatel" mendengar sesuatu yang "wow"-nya diluar konteks ke Indonesiaan.
What ever lah, kata Om Budiman Hakim di blognya, blog gue, terserah gue. Saya mengadaptasi juga, katrok gue, hidup gue, suka-suka gue.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar