Rabu, 03 Juli 2024

Terima Nasib.

Sudah terima nasib saja. Orang pendiam pasti galak, orang galak pasti lebih banyak salahnya. Pada suatu pagi di hari Minggu. Minggu yang sungguh sangat saya tunggu karena saya jarang libur kerja, tiba-tiba tanpa diundang, ibunya tetangga sebelah mendatangi saya. Sedikit basa basi kemudian saya jongkok kembali mencabuti rumput disekitaran kaktus yang saya tanam. Eh, si ibu kemudian bilang, "Mbak, anak itu jangan boleh main hp terus, menjadi ibu harus cerewet". Hal pertama yang saya lakukan? tentu saja saya ngefreeze. Wkwk. Tapi saya memang agak delay untuk merespon sesuatu yang "aneh". Saya beberkan fakta aneh itu :
1. Si ibunya tetangga saya itu tidak tinggal disitu, jadi dia kesitu hanya waktu-waktu tertentu, misalnya weekend. Itupun tidak semua weekend. 
2. Saya hanya pernah ngobrol 2x, dulu waktu saya pindahan, dan yang kedua ya di Minggu pagi yang saya ceritakan diatas.
Oke singkat cerita, setelah saya ngefreeze itu, saya senyum, saya sendiri nggak tahu kenapa senyum. Pokoknya bingung mau respon apa. Tapi seperti biasa, overthingking dimulai ketika malam. Ini sudah hari Rabu, tapi rasanya masih kepikiran. Lha, dia tau dari mana anak saya main hp terus? Dia tau dari mana saya nggak cerewet? Pertanyaan selanjutnya, saya butuh nasehat? Hidup saya yang sekarang ini saya rasa cukup, dimata si ibu tidak? Memang anak saya main hp terus? Memang saya tidak cerewet? Wah kalo ibunya tetangga saya itu tidak tahu saya cerewet, artinya beliau bukan cyrcle saya. Wkwk. 

Sudah terima nasib saja. Keseharian yang jarang bergaul memang lebih enak buat dicurigai bersalah. Saya ada grup keluarga. Disitu kemudian disepakati adanya kas. Kas tersebut akan digunakan berlibur ditiap akhir tahun. Oke fix. Saya urunan buat kas setiap bulan. Lah dalah tiba-tiba tiap acara kondangan malah pakai uang kas. Di amplop diberi label "Keluarga X". X itu nama keluarga besar saya yang disamarkan, tapi bukan karena saya dari keturunan X-man ya. Kemudian saya nanya, dengan sopan santun tentu karena dalam keluarga saya, saya junior banget alias bontot. "Ini kas akhirnya buat kondangan? Kalo gitu akan sejauh mana yang dikondangin pake uang kas?". Uang kas kan berasal dari urunan beberapa keluarga yang terdiri dari suami dan istri. Nah, sepanjang pemakaian uang kas tersebut untuk kegiatan kondangan, kondangan yang dilakukan adalah kondangan kepada sanak sodara dari keluarga saya, bukan ke keluarga suami saya, atau ipar-ipar saya. Logikanya, uang kas kan berasal dari keluarga yang terdiri dari suami dan istri.  Boleh dong saya nanya, mau sampai family tree cabang mana yang ketika kondangan pakai uang kas?

Dari situlah kemudian kakak saya terkesan "marah". Terkesan ya karena komunikasi kita lewat grup ya. Jadi saya nggak bisa lihat mukanya atau nada bicaranya. "Kalo sama saudara nggak usah hitung-hitung, yang ada ya udah duluan, yang gampang aja" begitu kaya beliau, orang yang selama ini nggak pernah urunan kas, karena yg urunan saya tahu betul, istrinya. Beberapa kali memang dibanding-bandingkan "kurang bergaul" dibanding kakak-kakak saya oleh keluarga saya. Dan karena 1 lawan sekian orang anggota keluarga, mereka pasti yang benar. EH ini lebih tepatnya adalah terima nasib saja, Satu lawan Satus, pasti menang yang jamak, walaupun tidak berdasar. 

Sudah terima nasib saja. Heh nasib, terimakasih ya sudah memberiku banyak.

-Saya pasti pulang-

Terima Nasib.

Sudah terima nasib saja. Orang pendiam pasti galak, orang galak pasti lebih banyak salahnya . Pada suatu pagi di hari Minggu. Minggu yang su...