Aku sendiri bingung kenapa aku bisa merindukanmu seperti ini. Padahal kau hadir tak lebih dari hitungan 30 hari lamanya. Rentang waktu yang sangat singkat. Aku sendiri yang mengusirmu pergi. Lantas merindukanmu sejadi-jadinya sejak pagi tadi. Aku mulai ingin menangis. Tapi malu untuk benar-benar melakukannya, bahkan jika harus aku lakukan didalam kamar tertutup, dibawah selimut, dan dibawah bantal.
Tapi, kau dan terlebih aku tahu, hubungan kita tidak terkonsep dengan baik. Tidak ada tujuan akhir. Tidak ada cita-cita bersama. Yang aku inginkan hanya pergi padamu begitu saja. Yang kau inginkan kurang lebih sama. Secara garis besar kita hanya menunggu salah satu dari kita bosan untuk berhenti. Lalu kenapa aku harus memutuskan segalanya malam tadi? Saat kita hampir terlelap. Saat beberapa jam sebelumnya kita justru sedang tertawa pada klimaknya. Saat justru bosan itu masih jauh dari perjalanannya menuju kita?
Entahlah, mungkin alasan paling krusial adalah karena sebenarnya kapanpun itu waktunya, entah saat aku sedang tergila-gila padamu seperti saat ini, atau ketika nanti bosan menjadi-jadi, aku tetap tidak akan tahan melihat punggungmu pergi.
-Saya pasti pulang-
Tapi, kau dan terlebih aku tahu, hubungan kita tidak terkonsep dengan baik. Tidak ada tujuan akhir. Tidak ada cita-cita bersama. Yang aku inginkan hanya pergi padamu begitu saja. Yang kau inginkan kurang lebih sama. Secara garis besar kita hanya menunggu salah satu dari kita bosan untuk berhenti. Lalu kenapa aku harus memutuskan segalanya malam tadi? Saat kita hampir terlelap. Saat beberapa jam sebelumnya kita justru sedang tertawa pada klimaknya. Saat justru bosan itu masih jauh dari perjalanannya menuju kita?
Entahlah, mungkin alasan paling krusial adalah karena sebenarnya kapanpun itu waktunya, entah saat aku sedang tergila-gila padamu seperti saat ini, atau ketika nanti bosan menjadi-jadi, aku tetap tidak akan tahan melihat punggungmu pergi.
-Saya pasti pulang-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar