Senin, 20 Februari 2012

TAK ADA ROTAN, AKAR PUN JADI

 Aku mungkin terlahir sebagai akar. Yang tak tampak karena tekubur dalam tanah. Tak indah karena tak harus terlihat di muka publik. Tapi aku bangga menjadi akar. Karena ia mengokohkan. Karena ia berjuang. Karena ia, adalah pondasi, bagi berdirinya batang, cabang atau bahkan bunga yang gemintang.

Aku menunggu seorang yang memang sejak terlahir hingga kelak ia menutup mata, ia menginginkan akar untuk dirinya. Bukan orang yang ditengah perjalannnya menginginkan rotan, lantas karena tak ada, ia beralih menginginkan akar.

Aku tak mau jadi pilihan. Aku bukan salah satu dari pilihan ketika itu adalah soal pilihan ganda. Aku bukan option disalah satu tombol yang bisa benar atau salah bagi pemilihnya. Aku adalah jawaban tunggal atas suatu pertanyaan. Seperti pertanyaan : apakah Tuhan itu ada? Mutlak jawabannya YA. Aku ingin ketika pertanyaan itu terlempar pada ia, siapakah yang kau inginkan? Jawabannya adalah : AKAR. Bukan jawaban : ya, karena tak ada rotan, akarpun jadi

- saya pasti pulang -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Nasib.

Sudah terima nasib saja. Orang pendiam pasti galak, orang galak pasti lebih banyak salahnya . Pada suatu pagi di hari Minggu. Minggu yang su...