Saya paham, sms mu yang nggak kunjung datang malam ini adalah sebuah cara untuk mencoba sedikit menekan apa yang kelepasan tadi pagi. Selama ini kita memang sedang berkegiatan menarik dan mengulur, siapa yang menyangka hari ini akhirnya kita lupa kegiatan tarik ulur itu. Malah kemudian tercetus sesuatu yang kita tahan-tahan dari dulu, tanpa sengaja. Saya yakin tanpa sengaja.
Mendadak kau diam setelah mengucapkannya, mendadak kakiku lemas mendengarnya. Aku yakin, kau dan aku sama-sama menginginkan semua ini. Sebuah situasi yang melayangkan segala hal yang telah kita sengaja jerat kuat kuat, yang selama ini kita genggam erat-erat, sebuah kata yang kita sama-sama tahu, hanya saja, kita berdua sama-sama pernah salah, sama-sama tak ingin kembali salah, sama-sama ketakutan, sama-sama sangat berhati-hati, sama-sama menarik ulur, sama-sama menghindari untuk gegabah mengucapkannya sebelum waktunya betul-betul tepat. Dan pagi ini rasanya belum tepat, kau merasakan aku bergetar? karena aku merasakan pula kau gemetar. Kata ini sungguh sakral. Kita sama-sama tahu.
Perasaan seperti ini susah buat saya. Susah pula buatmu. Ada banyak hal yang dijadikan list untuk disingkirkan, sebelum akhirnya apa yang kita tahan-tahan boleh untuk diungkapkan. Aku tak ingin mengucapkannya sekarang, kau pun tak ingin kan? Tadi pagi hanya kelepasan. Kau harusnya tau juga apa yang aku rasa. Meski pagi ini aku tak bisa jua bicara memberi jawabannya.
Kelak kita tak usah menarik dan mengulur. Kita tak usah merasa kelepasan atas apa yang kita rasa ketika diungkapkan. Sebentar lagi waktu itu tiba. Sebentar lagi saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar