Anakku oh Anakku

Pada beberapa hal saya emang cepet nyerah. Tapi ada hal-hal juga yang meski saya dibilang nggak bisa, saya yakin, nggak semua orang bilang hal yang sama. Contohnya, masakan. Entah saya yang nggak tahu diri, atau emang mereka yang salah penilaian. Buktinya, ada kok yang bilang makanan saya enak. (Tetottttt, bukan ini yang akan saya ceritakan). 

Sebenernya, saya sendiri males lho buat posting hal beginian. Tapi saya merasa "stress" nya saya karena hal ini sudah diambang batas. Sudah menyentuh sendi-sendi ketidur pulasan saya. Sudah merambah ke daerah teritorial yang seharusnya tidak ikut-ikutan jadi ajang saya menumpahkan emosi. 

Ini semua tentang kerjaan. Mungkin saya emang naif. Mau dibilang "sok" juga nggak papa deh. Tapi saya benar-benar tercengang dengan keadaan kerjaan saya yang baru. Saya nggak bisa membayangkan kalo ternyata dunia nyata ini sudah sangat sinetron sekali. Dan saya, merasa manusia jaman dahulu kala, satu jalan hidup dengan flinston. 

Ini tentang anak-anak sekolah yang... ah susah saya ceritakan. Sebenernya salah saya apa salah mereka? kalo pun ini tentang degradasi moral, kenapa kok teman-teman saya nggak se setress saya? mereka bisa bertahan di tempat ini sampai bertahun-tahun lamanya. Kenapa mereka nggak stress kayak saya? Apa karena saya "anak baru" jadi saya masih "kolot" sekali? 

Ingat pada saat kita sekolah, apa ada siswa yang berani ngomong sama gurunya pake bahasa jawa ngoko? ingat pada saat kita sekolah, apa ada siswa yang masih santai makan-makan saat jam masuk sudah berbunyi? Ingat pada saat kita sekolah, apa ada siswa yang protes ketika guru ngasih mereka tugas? (padahal dulu tugasnya lebih bejibun, sumber informasinya nggak semudah sekarang yang tinggal ngetik di google, dan nyatetnya sampe jam-jam'an). 

Saya pikir, kondisi seperti ini terjadi ketika saya yang masuk ke kelas. Tapi nyatanya tidak. Di kelas guru sebelah, bahkan ada yang jalan-jalan ketika guru menerangkan, ada yang mendengarkan musik saat guru menerangkan. Ya Allah... saya prihatin! betul-betul prihatin! Dan usaha saya mengurai keprihatinan saya dengan nyebut berkali-kali, dengan saya laporkan ke wali kelas, dengan saya sharing dengan guru-guru lain justru di jawab bahwa sekolah tersebut anak-anaknya sejak jaman dulu sampe jaman sekarang memang setipe itu. Masalah bisa atau tidaknya mereka bukan masalah untuk guru. Yang penting guru menyampaikan, masalah mereka tau sopan, atau mereka mudeng atau mereka menyepelekan, bukan urusan para guru. 

Jadi, untuk menghindari stress saya yang sudah menjadi-jadi setiap pulang kerja, saya juga harus satu arah dengan mereka? membiarkan mereka berlaku demikian? tapi untuk mengubah-pun saya nggak mampu. Saya mikir.. mikir.. mikir.. Dan pikiran saya buntu. Kecuali, saya cuek, menutup mata, dan keluar dari situ. Tapi apapun keputusan saya nantinya, pada intinya, saya nggak mau ketularan

-Saya pasti pulang-

Komentar

  1. hahaha,, pusing kan,, sama dong brati

    blognya aku ganti jeungg,, wkwkwkw.. diganti tuh .
    trz tulisannya bukan muezza, tapi mueeza. titik ga pake koma,, malah harus tanda seru tiga kali..

    BalasHapus
  2. Ganyami, Ki!!!!! Totoki siji-siji :D

    Bagaimanapun, sopan santun itu modal penting. Kalau dari sekarang mereka dibiarkan tidak sopan (mendengarkan musik saat guru menerangkan, protes ketika diberi tugas, dll), bisa keterusan sampai dewasa. Biarpun zaman udah modern, kebebasan dijunjung tinggi, MANNER tetap dijaga.

    BalasHapus
  3. Wis tak rajam sekalian mil.. -____-

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konversi bilangan biner ke oktal

Babi hijau musuhnya Angry Birds

Konversi Bilangan Oktal ke biner