Rumah Rindang #1


Ini pagi yang gerimis. Kereta bergerak makin pelan masuk ke stasiun yang mengantarkanku ke tujuan. Aku melihat sekitar ketika turun. Masih sama saja, persis dengan stasiun ini lima bulan lalu. Hujan sejak subuh tadi membuatku ingin pipis. Tapi mungkin sedikit grogi yang menyelimutiku selama dalam perjalanan pun ikut andil dalam keinginanku untuk pipis itu. Atau bisa jadi juga karena aku kebanyakan minum. Hah? Sejak kapan aku banyak minum? Habis makan pun kadang aku lupa minum, jadi, yang terakhir hanya mereka-reka saja, intinya aku ingin pipis. Setengah berlari aku memasuki kamar mandi. 


Sebuah sms aku terima di ponselku ketika aku keluar dari kamar mandi. Dari orang yang akan aku temui sejauh ini.
"Dimana?"
"Pintu keluar" jawabku singkat. Lima menit berlalu tak ada siapapun datang. Sebuah sms datang lagi.
"Aku dipintu keluar, kok nggak ada" Aku garuk-garuk kepala. Aku sendiri nggak hapal mana pintu masuk, mana pintu keluar. Yang aku hapal hanya loket penjual tiket. 


Spontan aku telp dia. 
"Halo"
"Iya, halo, dimana?" Ini pertama kalinya aku mendengar suaranya. Sungguh. Suaranya itu.. Eh, sudah-sudah, aku kan sedang mencari pangeran berjubah hitam diantara rimbunnya pepohonan, kenapa malah sibuk karena suara? Ah! Ayolah! Kembali sadar!
"Ini dipintu keluar"
"Aku juga sudah dipintu keluar"
"Hah? Masa? Jadi aku dipintu keluar apa bukan sih? Bingung. Ini lho yang banyak barang-barang keluar masuk" Duenggg.. Hah ya ampun, ini percakapan pertama yang membuatku terlihat "Kau bodoh sekali, mana mungkin ada manusia berusia seperempat abad yang ngakunya sering ke kota ini tapi bahkan pintu keluar stasiun sekalipun nggak tahu! Bodoh!"
"Eh, kamu pake baju apa sih?" pertanyaan tololku masih terus menyambung, ya ampun! Somebody, Hentikan mulutku! 
"Coklat kotak-kotak, kamu pake baju apa?" suara diseberang sana ikut-ikutan terbawa arus ketololanku, seolah ini adalah pertemuan hasil perjodohan online yang sangat amazing dan misterius sekali. Kenapa nggak sekalian aku tanya Kamu punya tanduk nggak? punya taring? Kuku kamu dikasih kuteks warna apa?  Duerrr!
"Pake baju putih, kita ketemu diloket tiket saja" kataku mengakhiri pembicaraan antah barantah ini.
"Oke".

Sebuah panggilan dari orang yang akan kutemui kembali terlihat di layar ponsel tepat ketika aku sampai didepan loket tiket. Aku tekan tombol angkat, sekitar lima meter tepat berada di satu garis lurus yang sama dengan tempatku berdiri, dengan ponsel menempel ditelinganya, berkemeja coklat kotak-kotak, tersenyum melihatku. Ah, sudah pasti, dia orangnya.. Sebuah jabat tangan hangat membuka pertemuan pagi ini, pukul 09.00 tepat saat aku melirik jam tangan yang melingkar dipergelangan tanganku, sementara hujan yang dikirimkan Tuhan sejak subuh tadi terus saja meledek, uhuy, uhuy begitu bunyinya. 




Poncol, suatu pagi di akhir January.


-Saya pasti pulang-

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konversi bilangan biner ke oktal

Babi hijau musuhnya Angry Birds

Konversi Bilangan Oktal ke biner