Saya ini tipe orang yang kalo yakin pada satu hal, maka akan terus saya pegang teguh keyakinan itu sampai titik darah penghabisan. Tapi kenyataannya saya pernah salah. Ketika semua orang memperingatkan saya bahwa saya salah, saya tetap bersikukuh bahwa itu baik untuk saya, hasilnya? Saya salah. Saya gagal.
Sejak saya SMA, saya yakin, kemanapun saya maupun dia berlabuh, pada akhirnya, kita berdua akan berpulang ke tempat yang sama. Bersama. Selamanya. Tapi nampaknya keyakinan saya itu juga akan menjadikan saya seorang yang salah dan gagal kedua kali. Karena nampaknya pula, keyakinan saya hanya bertepuk sebelah tangan. Nampaknya lagi, meski semua orang bilang dia manusia yang baik, mungkin tidak akan baik untuk saya. Dan nampaknya yang lain, saya mulai berpikir, dia yang ada dalam pikiran dan hati saya hanya sekedar dongeng numpang lewat dari anak SMA yang tak tahu menau tentang hidup.
Sejak saya SMA, saya yakin, kemanapun saya maupun dia berlabuh, pada akhirnya, kita berdua akan berpulang ke tempat yang sama. Bersama. Selamanya. Tapi nampaknya keyakinan saya itu juga akan menjadikan saya seorang yang salah dan gagal kedua kali. Karena nampaknya pula, keyakinan saya hanya bertepuk sebelah tangan. Nampaknya lagi, meski semua orang bilang dia manusia yang baik, mungkin tidak akan baik untuk saya. Dan nampaknya yang lain, saya mulai berpikir, dia yang ada dalam pikiran dan hati saya hanya sekedar dongeng numpang lewat dari anak SMA yang tak tahu menau tentang hidup.
Sebenarnya sulit untuk bilang selesai pada kenangan, susah untuk melepaskan keyakinan yang tergenggam bertahun lamanya, dan saya harus mengakui saya sedih karena bahkan dia tidak akan pernah tahu bahwa saya "suka" dia, bertahun lamanya pula. Tapi bagaimana lagi, cinta pertama agaknya hanya milik orang-orang yang beruntung, saya tak seberuntung itu.
Hahh, ya ampun. Berkali-kali saya membuka ponsel dan menemukan nomor telephone dia. Saya hanya harus menuliskan beberapa kata yang tak akan memakan banyak halaman. Mengatakan bahwa saya suka dia. Tapi tak pernah bisa. Beberapa kali saya justru mengirimkannya pada orang lain, akhir-akhir ini malah lebih sering tersimpan di draft.
Sudahlah. Sudahlah. Sesudah malam ini, saya hanya ingin berkonsentrasi pada orang-orang baru, membuka hati pada hal baru. Menata hidup saya supaya lebih baik. Teoritis sekali ya? Biarkan saja. Saya sudah mencoba berbagai cara untuk membuat dia peduli seperti saya peduli pada dia selama ini. Satu-satunya yang belum pernah saya coba adalah MELEPASKAN. Jadi, kemungkinan terakhir itulah yang akan saya coba untuk menyamankan persendian saya yang selama ini kaku karena terlalu lama menunggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar