Senin, 16 Januari 2012

Kekasih kadang-kadang

Saya baru selesai membaca sebuah novel bagus sekali berjudul : The girl with the dragon tattoo. Jika kita mengetikkan judul novel itu di google, pasti langsung keluar banyak resensinya. Ada kata yang lucu, membuat geli, dan baru aku temukan di novel ini "Kekasih kadang-kadang". Hihi.. lucu ya. Tapi pasti tidak akan selucu kenyataannya jika itu terjadi. 

Saya jadi ingat, salah seorang teman saya, dan cerita yang akan saya ceritakan sama sekali tidak ada hubungan dengan novel itu. Tapi berhubungan dengan kata "kekasih kadang-kadang". Teman saya sekarang sudah tidak lagi berhubungan dengan suaminya. Maksudnya sekarang sudah menjadi mantan suaminya. Ia Pernah bercerita padaku ketika awal-awal ia berpisah dengan suaminya. Apa masalahnya sampai ia memutuskan untuk mengajukan perceraian pada suami tercintanya itu. Padahal aku tahu betul, selama ini ia tak pernah menunjukan betapa mencintainya ia pada orang lain, kecuali pada suaminya itu. Sejak pacaran, hingga akhirnya ia menikah, dari semua ceritanya, aku bisa menangkap bahwa temanku itu cintanya besar sekali pada suami yang sekarang menjadi mantan suaminya itu.
 
Saya menemukan fakta yang mencengangkan. Bagi saya pribadi sangat tidak masuk akal. Tapi saya yakin teman saya itu tidak akan berbohong semacam itu. Ia bahkan tidak bisa berbohong tentang sudah makan atau belum, jadi saya pastikan untuk hal sebesar itu, ia pun tidak akan bohong. Ia bercerita bahwa suaminya itu suatu hari bilang harus ke Jakarta untuk urusan pekerjaan. Mendengar kata jakarta saja, temanku itu sudah terlihat muram. Ia tahu bahwa pacar pertama suaminya itu tinggal disana. Lalu apa? Jakarta itu luas! Iya tadinya teman saya itu mencoba percaya dengan dalih bahwa sekarang mereka sudah menikah dan harus saling percaya. Lagi pula Jakarta itu luas. Dan tidak mungkin suami yang dicintainya itu akan menyakiti dibelakangnya. Ia percaya saja. Kalian tahu apa yang terjadi? Suaminya berada di Jakarta selama dua hari. Dan selama itu pula, ponselnya tak bisa dihubungi. Singkat cerita, suaminya pulang dan teman saya mendapati bekas ciuman di leher suaminya. 

Kita sudah cukup dewasa? Bagi yang belum silahkan pergi dari posting saya kali ini, saya tidak mau dituduh menyebarkan cerita porno. Detak jantung saya jelas-jelas hampir didengar oleh orang selain saya ketika saya mendengar teman saya itu bercerita sampai disitu. Saya gemetar. Bagaimana mungkin ada hal seperti itu? Ada orang setega itu? Tapi teman saya bercerita hampir tanpa ekspresi. Rupanya ia sudah mempersiapkan hati dan jiwanya untuk menceritakan semua ini padaku.

Temanku melanjutkan ceritanya ketika aku akhirnya berhasil meminum setengah dari  sirup manis yang telah disediakan olehnya. Mungkin ia sudah persiapan dengan reaksiku.
"Lalu pacarnya itu dua minggu kemudian sms ke nomor suamiku" katanya melanjutkan.
Aku tetap diam.
"Aku membalas sms itu seolah itu adalah suamiku"
"Dan kau tahu? ternyata suamiku pada saat itu tak hanya melakukan ciuman itu dengan dia, tapi lebih dari itu" Sebagai manusia yang sama-sama dewasa aku dan temanku sudah paham apa maksudnya. Aku tercengang. Tapi temanku itu masih melanjutkan kata-katanya lagi.
"Kau harus tahu, perempuan itu, 3 bulan lagi akan menikah. Dan kegiatan itu dilakukan dibelakangku selama suamiku mengenalku. Itu artinya hampir 3 tahun lamanya, dan aku sama sekali tidak tahu. Aku bahkan mencintai dia melebihi apapun. Bagaimana dia bisa melakukan itu padaku? Perempuan itupun telah lama tahu siapa aku dan apa statusku dengan suamiku saat itu"
"Manusia macam apa sebenarnya dia itu" aku spontan mengatakan itu, bukan hanya komentar atas ceritanya. Kata itu hanya yang dapat aku raih dari udara mendengar semua ceritanya.

Kekasih kadang-kadang. Mungkin itu kata yang tepat untuk menyebut hubungan suami temanku itu dengan pacar pertamanya. Ia bebas datang dan pergi sesuka dirinya. Dan pacar pertamanya pun tetap punya hubungan dengan orang lain, bahkan hampir menikah. Tapi tetap dengan rela menyambut kedatangan suami temanku itu kapanpun. Sebagai manusia, atau jika konteksnya dipersempit, sebagai perempuan, apa dia tak pernah punya perasaan setidaknya kasihan dengan temanku itu? Aku harus menghela nafas panjang panjang untuk semua cerita ini. Aku sungguh tidak tahu, apakah aku yang terlalu katrok, ataukah hidup sudah sangat cepat berputar hingga aku rasanya tak mungkin bisa beradaptasi mendengar kata "kekasih kadang-kadang".

Saya pasti pulang-

2 komentar:

Terima Nasib.

Sudah terima nasib saja. Orang pendiam pasti galak, orang galak pasti lebih banyak salahnya . Pada suatu pagi di hari Minggu. Minggu yang su...