Galaunya udahan ah. Yang sudah berlalu biarkan berlalu, nanti juga lewat lagi (emang angkot). Memang nggak enak putus pertemanan. Apalagi sadar diputuskannya telat. Kok bisa? Jadi ceritanya begini. Teman saya ini (maaf *mantan teman), sekitar setahunan yang lalu jadi jarang balas sms, ditelpon pun nggak pernah diangkat, ditag gambar di facebook no comment, di komentarin statusnya diacuhin (padahal yang lain nggak lho). Kata suami, mungkin pikiran saya yang terlalu negatif, kotor, ngeres, sadis, jahat, ah pokoknya angkara murka. Okelah saya coba melambatkan ritme. Mau nggak balas sms, monggo. Mau nomornya ganti, monggo. Pokoknya saya coba tahan diri buat nggak protes sama Teman saya ini (maaf *mantan teman). Tahu nggak? Tahan diri bagi saya itu seperti pengen kentut tapi banyak orang. Susah! Dan! Disuatu siang yang nggak ada kerjaan, iseng-iseng liat dia update status di facebook, saya baca timeline nya. Dari atas ke bawah. Ke atas lagi. Ke bawah lagi. Pokoknya tu s