PEREMPUAN DAN SENJA Pukul 07.00 pagi, aktivitas rutin Nugi berangkat ke kantor dengan kereta api. Orang tua yang duduk disamping Nugi bicara pada temannya. “Perempuan jaman sekarang, maunya kerja biar dibilang keren, biar dibilang emansipasi, padahal anaknya dirumah terbengkalai” “Iya, lagian mau seberapa banyak uang dicari ya?” temannya menimpali. Nugi menelan ludah. “Bukan! Saya tidak ingin, bukan saya yang ingin bekerja” tapi sayangnya jawaban itu hanya bisa terlontar dalam hati saja. Nugi menelan ludah, lagi. Pukul 13.30 wib saat Nugi memandang jam dinding diruangannya. Terbesit keinginan untuk menelephone Satu, sang buah hati tercinta yang saat ini entah sedang apa. Tapi ah.. membayangkan mendengar suaranya saja sudah membuat jantung Nugi berdebar lebih kencang, apalagi benar-benar mendengar suaranya, tak terbayangkan. Hal itu akan membuat sayatan yang jauh lebih dalam daripada melihat Satu menangis meraung-raung saat pagi tadi ia pamit berangkat. Pikiran Nugi